Selasa, 16 Juni 2015

Manusia dan Keindahan

22.33 Posted by adytia maulana No comments
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, taman, perabot rumah, suara, warna dan sebagainya). Keindahan adalah identik dengan kebenaran.                  

Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.
Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini kadang-kaang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
1.    keindahan dalam arti luas
2.    keindahan dalam arti estetis murni
3.    keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan
Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adap kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.

Nilai estetik.
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya.
Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut : ”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.
Nilai Ekstrinsik Dan Nilai Instrinsik
Nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan obyektif, Tetapi penggolongan yang penting ialah :
Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrument / contributory), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.
Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Kontemplasi Dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia.

Teori – teori dalam Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.Biasanya manusia akan merenung apabila ada sesuatu atau musibah yang terjadi. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori antara lain :
teori pengungkapan. Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
teori metafisik
Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan rnetafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.
teori psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).

OPINI:
Manusia dan keindahan merupakan satu kesatuan.bisa di bilang begitu karena keindahan juga merupakan bagian dari manusia, manusia sangat memperhatikan keindahan dari cara berpakaian, cara berbicara, cara berjalan, cara bergaya, dan lain - lain. Keindahan juga bisa diciptakan dengan oleh manusia dengan kegiatan seperti melukis, bernyanyi, dan memainkan alat musik, tak sedikit manusia yang membuat keindahan untuk diri sendiri dalam arti untuk kehidupan mahkluk hidup lain nya contoh bila mana kalau kita merawat kebersihan lingkungan sekitar maka akan tercipta kerukunan yang sejuk dan indah, jika itu dapat dilakukan itu akan menjadi budaya yang sangat menarik.                                                                                        
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi yang artinya cocok, kena benar dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal.
Keserasian merupakan bagian atau yang dapat mewujudkan keindahan. Keserasian mengandung unsur pengertian perpaduan , pertentangan, ukuran dan seimbang.Perpaduan misalnya : orang berpakaian antara kulit dan warna yang dipakai harus cocok.
Contoh yang menunjukkan unsur ukuran-ukuran yang seimbang atau tidak seimbang/serasi, misalnya dalam memadu rumah dari halaman akan kelihatan serasi dan indah apabila rumah yang bagus dengan halamannya yang luas dan ditata dengan bunga-bunga yang indah maka orang akan memuji keserasian itu. Lagu atau nyanyian-nyanyian merupakan unsur pertentangan antara suara tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-halus yang terpadu begitu rupa sehingga telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan hati kita pun merasa puas, tetapi apabila dalam keasyikan itu tiba-tiba terdengar suara yang sumbang kita pun tentunya akan merasa kecewa dalam hal lagu irama yang indah merupakan pertentangan yang serasi. Keserasian juga bisa dibilang dengan kelarasan yaitu dua hal yang berbeda yang bisa menjadi terlihat indah dan selaras/serasi.seperti pada taman yang hijau tumbuh pohon-pohon hijau yang menjadikan tempat itu terlihat serasi.contoh keserasian pada manusia atau hubungan juga suka terjadi keserasian. Dua orang yang berhubungan dan memiliki kesamaan atau kecocokan bisa di katakan serasi. Jadi,keserasian bisa di teorikan menjadi hal yang cocok.

·         Kehalusan

Kehalusan dalam pengertian keindahan bagi manusia dimaksudkan sebagai sikap lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya. Hal ini berarti menyangkut kesopanan atau keadaban dari sikap manusia dalam pergaulannya baik masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas.
Menurut Alex Ganur dalam bukunya yang berjudul etika bahwa unsur-unsur dan bagian yang dapat melahirkan sikap halus atau kasar adalah :
a.                   Anggota badan, bahwa anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan atau kasar seperti kaki, tangan, kepala, bahu, mulut, bibir, mata dan roman muka. Orang yang kesadaran etisnya tinggi, sikap-sikap kakinya dikendalikan sebaik-baiknya untuk tidak mengganggu atau merugikan orang lain.
b.                   Bahasa, orang yang kesadaran etisnya tinggi bisa memilih kata-kata yang sopan, penyusunannya juga teratur, serta pandai mengatur dan mengendalikan nada, irama dan alun suara dalam mengucapkan isi hati, keinginan dan buah pikirannya.
c.                    Bagian-bagian rohani, melahirkan sikap yaitu pikiran, perasaan dan kemauan (cipta, rasa dan karsa). setiap tindakan dan perbuatan timbul karena adanya kemauan. Dengan adanya kemauan, manusia dapat menentukan pilihan berbuat atau tidak berbuat sesuatu baik berbuat baik atau tidak berbuat baik.
Ketiga unsur rohaniah diatas merupakan jalinan yang kuat sekali dan yang membuat orang dinamis. Dengan pikiran, manusia dapat mengendalikan keauan dan perasaannya. Hal ini berarti dapat mengendalikan tingkah lakunya sesuai dengan rasionya. Demikian pula perasaan halus akan melahirkan jalan pikirannya sehingga dapat melahirkan pikiran yang bijaksana atau akal yang sehat.
Agar didalam pergaulan terjadi kehalusan dan kelembutan maka hendaklah hubungan itu dilakukan harus berdasarkan prinsip-prinsip :
·                     Cinta kasih
·                     Keadilan
·                     Kejujuran
·                     Keloyalan
·                     Kesetiaan
Apabila hal-hal diatas dipegang teguh dan sebagai dasar pergaulan maka akan selalu ditemui kehalusan atau kelembutan, kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan.
Kehalusan dalam karya seni sangat menentukan untuk perwujudan kehindahannya. karya seni sebagai hasil ciptaan manusia, mempunyai nilai-nilai tertentu untuk memuaskan sesuatu keinginan manusia.
Dilihat dari mediumnya, maka suatu karya seni mempunyai :
a.                   Nilai inderawi (sensous value), bahwa dengan nilai ini pengamat memperoleh kepuasan lewat ciri-ciri inderawi hasil seni seperti warna-warna yang terpancar dari suatu lukisan atau kata-kata yang indah terdengar dalam suatu deklamasi saja.
b.                   Nilai formal (formal value), yang membuat sipengamat menghargai atau mengagumi bentuk karya seni tersebut.
c.                    Nilai Pengetahuan (cognitive value), bahwa dengan penghayatan seni membuat orang sadar akan realita subjektif, pengalaman intern dan perasaannya.
d.                   Nilai kehidupan (life value), melalui karya seni berbagai nilai kehidupan diteruskan, seperti ide, thema, atau dalil keadilan yang terselip didalam karya seni itu sendiri. Bahkan terhadap kehidupan pribadi, seseorang itu mampu merasa dan menilai secara halus karya seni yang dihayatinya sehingga dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa seni untuk seni.

Teori Keindahan Subyektif dan Obyektif  

Teori Keindahan
     Estetik kadang-kadang dirumuskan pula sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan teori keindahan (theory of beauty). Kalau definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali apa keindahan itu, maka teori keindahan menjelaskan bagaimana keindahan itu. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan ialah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan itu merupakan sesuatu yang ada pada benda indah ataukah hanya terdapat dalam alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut? Penjelasan masalah ini dalam sejarah estetik menimbulkan 2 kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif tentang keindahan atau estetis.
     Kelompok teori obyektif dianut oleh misalnya Plato, Hegel dan Bernard Bosanquet, sedangkan kelompok teori subyektif didukung antara lain oleh Henry Home dan Edmund Burke.
     Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memeng telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapan sifat sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbahan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pad suatu benda.
       Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada penerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh suatu pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu.
        Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang dalam  suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.

Faktor Pendorong Seseorang Menciptakan Kesenian

Mencipta seni merupakan suatu langkah awal munculnya suatu karya seni. Takkan ada seni apabila tidak ada proses penciptaan seni. Mencipta seni merupakan suatu langkah yang berat bagi pemula seni maupun seorang seniman yang dalam keadaan tidak mood/kondisi yang tidak mendukung dalam mengawali penciptaan seni. Untuk itu perlu adanya pengetahuan tentang hal-hal yang dapat mendukung dan menghambat proses penciptaan karya seni. Hal tersebut merupakan faktor-faktor yang terkait langsung dalam kaitannya proses penciptaan seni. Sehingga seorang seniman dapat menyiasati dalam berbagai kendala mencipta suatu karya seni. Faktor pendukung dan penghambat proses penciptaan seni dapat digolongkan menjadi:

    1.    SENIMAN
Pada dasarnya seniman memiliki dua tipe kecenderungan dalam menciptakan hasilnya yaitu tipe naturalis yang artinya suatu tipe yang selalu terpengaruh adanya bentuk-bentuk yang dilihat secara alamiah, dan tipe yang kedua yaitu tipe ekspresi artinya suatu tipe yang lebih mengutamakan segi pengungkapan perasan batin seorang seniman tanpa adanya pengaruh dari bentuk-bentuk alamiah.

    2.    LINGKUNGAN
Lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam lahir tidaknya suatu karya seni rupa. Seorang seniman apabila berada dalam lingkungan di mana banyak kemelaratan mengelilinginya, maka dalam berkarya akan tampak ciri dari karya yang diciptakannya.

    3.    SARANA
Sarana mempunyai pengaruh yang besar pula untuk mendukung dan menghambat suatu proses penciptaan karya seni rupa. Begitu besar hasrat untuk berkarya, tetapi sarana tidak menunjang maka tidak akan terwujud hasrat itu, untuk itulah pengadaan sarana sangat diperlukan dan punya peranan penting dalam proses penciptaan karya seni rupa.

    4.    WAKTU
Pengaturan waktu sangat dibutuhkan dalam mendukung terciptanya suatu karya seni, begitu pula sebaliknya waktu yang tidak tepat akan mempersulit untuk menciptakan suatu karya seni rupa. Diperlukan waktu yang tepat antara waktu menciptakan karya seni dengan waktu yang digunakan untuk kegiatan lain.

Sumber  :                - http://oebudhi.blogspot.com/2012/04/manusia-dan-keindahan.html

0 komentar:

Posting Komentar